Menkeu Sri Mulyanai saat rilis stabilitas keuangan Indonesia di Jakarta, Jumat (3/2). Pembahasan tersebut diikuti oleh Kemenkeu, OJK, Bank Indonesia, dan LPS ini memandang stabilitas keuangan nasional dari berbagai aspek. AKTUAL/Tino Oktaviano
Menkeu Sri Mulyanai saat rilis stabilitas keuangan Indonesia di Jakarta, Jumat (3/2). Pembahasan tersebut diikuti oleh Kemenkeu, OJK, Bank Indonesia, dan LPS ini memandang stabilitas keuangan nasional dari berbagai aspek. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, memastikan pemerintah telah menganggarkan dana Rp810 miliar hanya untuk menyambut para koleganya dari Bank Dunia dan IMF pada pertemuan Annual Meeting IMF-WB 2018 di Nusa Dua, Bali.

Namun sayangnya, pemerintah mengganggap anggaran itu masih terlalu kecil dibanding anggaran yang sudah dikucurkan negara lain untuk pertemuan serupa.

Menkeu seolah lupa, disaat anggaran yang masih defisit cukup lebar dan pembiayaan infrastruktur yang berasal dari utang, anggaran tersebut cukup besar hanya untuk menjamu para koleganya itu.

“Anggaran ini lebih kecil dibandingkan yang baru saja menjadi host (tuan rumah) seperti Peru di Lima dan bahkan di Tokyo, Jepang pada 2012 lalu,” klaim Menkeu, di Komisi XI DPR, Jakarta, Rabu (4/10).

Angka tersebut, kata dia, berasal dari pemerintah pusat yang menganggarkan Rp672 miliar dan dari Bank Indonesia (BI) sebesar Rp137 miliar.

Menurut Menkeu, dana sebesar Rp672,59 miliar dari pemerintah telah dianggarkan melalui RAPBN 2018. “Annual Meeting itu di bawah koordinasi Menko Luhut (Menko Kemaritiman, Luhut B Panjaitan). Namun, pos anggarannya di Kemenkeu ada pada Sekretariat Jenderal,” ucap dia.

Sri Mulyani mengungkapkan, sebagian besar anggaran untuk meeting requirement, yakni penetapan dari vendor dalam negeri. “Ini untuk meeting room setup dan office equipment. Ini semuanya vendor dalam negeri,” imbuhnya.

Dia membandingkan, pada penyelenggaraan annual meeting IMF-World Bank sebelumnya, tuan rumah Singapura (2006) menghabiskan dana sebesar Rp994,4 miliar dalam bentuk government spending. “Itu ditanggung oleh Kemenkeu dan bank sentralnya Singapura,” jelas Sri Mulyani.

Sementara itu, lanjut dia, penyelenggaraan di Istanbul, Turki (2009) biaya yang dikeluarkan untuk membangun site meeting, ada construction cost sebesar Rp1,25 triliun. “Kalau dibanding Indonesia, ini dua kali lipat. Ini baru construction cost-nya saja,” imbuhnya.

Sedangkan, pelaksanaan di Lima, Peru (2015) biayanya mencapai Rp2,29 triliun. “Ini adalah lagi-lagi construction cost. Karena, mereka khusus membangun convention center yang dipakai untuk IMF-WB maupun aktivitas lain host country-nya,” klaim dia.

Pada Oktober 2018, Indonesia akan menjadi tuan rumah Pertemuan Tahunan IMF-World Bank 2018 di Nusa Dua, Bali. Acara tersebut akan mempertemukan pimpinan anggota bank sentral, menteri keuangan dan pembangunan, eksekutif sektor swasta dan lembaga masyarakat sipil.

 

Laporan Busthomi

Artikel ini ditulis oleh: