Rumor masuknya nama terdakwa penista agama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai kandidat menteri. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Berhembusnya isyarat reshuffle kabinet jilid III yang akan dilakukan Presiden Jokowi hingga berkembangnya rumor masuknya nama terdakwa penista agama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai kandidat menteri bukan hal yang mengejutkan.

Aktivis sekaligus Tokoh Rumah Amanat Rakyat (RAR) Ferdinand Hutahaean mengatakan rumor keduanya bukan barang baru pasca Pilkada DKI, melainkan sudah lama berhembus pada putaran pertama.

“Skenario tentang Ahok akan masuk kabinet itu sudah lama berhembus. Bahkan waktu Pilkada, dikalangan terbatas beredar informasi kalaupun Ahok menang, dia akan mundur dan jadi menteri,” kata Ferdinand saat dihubungi, di Jakarta, Rabu (26/4).

“Sehingga isu reshuffle yang berhembus deras ini bukan sesuatu yang aneh karena sudah diprediksi sebagai bagian dari penyelamatan Ahok dipanggung politik,” tambah dia.

Mantan relawan Joko Widodo pada Pilpres 2014 lalu, mengatakan bahwa tidak akan meningkatkan eskalasi politik nasional apapun, jika dua hal tersebut tetap dilakukan.

“Apabila Ahok jadi menteri, eskalasi politik tidak akan meningkat. Namun dipastikan itu akan merugikan Jokowi pada 2019 nanti,” ujar dia.

Sebab, sambung dia, publik akan menilai bahwa presiden mengurus negara dengan takaran selera bukan dengan aturan. Bahkan, publik akan menilai presiden tidak mampu mengelola negara dengan becus.

“Dan lebih parah lagi presiden akan dianggap tidak mampu memilih orang yang tepat untuk kabinetnya,” papar dia.

“Saya pikir presiden harus mengedepankan kepentingan bangsa dari pada kepetingan kelompoknya,” tandasnya.

Laporan: Novrizal Sikumbang

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Novrizal Sikumbang
Editor: Andy Abdul Hamid