Jakarta, Aktual.Com – Perkataan Basuki Tjahja Purnama alias Ahok soal dosen yang dilontarkan saat Debat I Pilkada DKI Jakarta, Jumat lalu (13/1) berbuntut panjang, salah satunya diungkapkan oleh tim jubir Anies-Sandi, perkataan itu dinilai sebagai penistaan bagi profesi dosen dan guru besar.

Selain itu perkataan Ahok juga memicu silang pendapat dua profesor hukum ternama, Mahfud MD dan Romli Atmasasmita.

Saat itu Ahok berujar soal membangun manusia tanpa benda mati ibarat teori, “Dosen ngajar di kampus, tapi enggak ada action.” Kalimat ini lantas memicu polemik lantaran dianggap melecehkan profesi akademisi.

“Saya jadi dosen sudah 32 tahun tapi tak merasa ternista dengan pernyataan Ahok itu. Meski tak semua tapi ada benarnya, dosen itu banyak yang textbook thinking,” tulis Mahfud, melalui akun Twitter-nya @mohmahfudmd, Minggu (15/1/2017).

Namun, Romli berpendapat lain. Dirinya justru mengingatkan Mahfud bahwa sejak masa Orde Baru yang membangun negara ini adalah birokrat dari kalangan dosen, meski Romli pun memaklumi apapun pernyataan Mahfud jadi haknya.

Romli tak menilai jika reaksinya itu bentuk anti-kritik dari kalangan akademisi. Menurutnya, bila Ahok mengatakan dosen tidak banyak berbuat untuk negara jelas sebuah kekeliruan besar.

“Saya pengalaman dosen sejak ’73 merasa tersinggung dengan pernyataan Ahok sekalipun ditujukan paslon lain,” sambung Romli, lewat akunnya @rajasundawiwaha.

Pelecehan sebuah profesi dalam hal ini dosen baginya dapat dengan jelas memperlihatkan kadar intelektualitas seseorang, ucapan maupun perbuatannya. “Kalau profesi (dosen) dianggap gak becus urus negara sebagai profesional harusnya tersinggung kecuali buta hati dan nurani,” sindir Romli.

Dirinya menampik anggapan alasan sentimen rasial pada Ahok. Sebagai pakar hukum pidana Romli pun mengaku paham benar duduk perkara kasus YKSW, reklamasi dan lahan Cengkerang yang kini tengah melilit Cagub DKI yang sempat digadang-gadang independen itu.

Pewarta : Nelson Nafis

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Bawaan Situs