Jakarta, Aktual.com – Ketua Dewan Pakar Golkar Agung Laksono meminta Setya Novanto untuk mundur sebagai Ketua DPR RI. Ia berpendapat, mundur akan mencerminkan adanya sedikit kehormatan dalam diri tersangka kasus korupsi e-KTP ini.

Hal ini juga lebih baik karena dalam sejarahnya, tidak ada seorangpun Ketua DPR yang diturunkan dari jabatannya.

“Mungkin lebih baik dengan Ketua DPR yang meminta mengundurkan diri. Jadi itu akan lebih elegan. Daripada dalam sejarah dicatat diberhentikan oleh MKD,” kata Agung di PPK Kosgoro 1957, Jakarta Selatan, Rabu (22/11).

Sebelumnya, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD sempat menyebut Setnov sebagai Ketua DPR yang terburuk selama era reformasi. Pernyataan ini dilontarkan hanya beberapa jam sebelum Setnov mengalami kecelakaan di kawasan Jakarta Selatan, 16 November 2017 lalu.

Penilaian ini berdasar pada tindakan Setnov yang kerap mangkir dari proses hukum yang berlaku, khususnya panggilan KPK terkait kasus korupsi e-KTP.

Tindakan Setnov sendiri kontras dengan mantan Ketua DPR RI, Akbar Tanjung yang justru kooperatif ketika terlibat dalam kasus korupsi Bulog pada awal 2000-an. Sama halnya dengan Setnov, saat itu Akbar pun juga menjabat sebagai Ketua Umum Partai Golkar.

Menanggapi ucapan Mahfud, Agung pun semakin meyakini jika Setnov harus turun dari tahtanya. Pasalnya, catatan tersebut akan bertambah buruk jika Setnov dijungkalkan dari kursi DPR.

“Mungkin ada kesadaran sendiri Ketua DPR mundur dari jabatan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Agung pun mengkhawatirkan adanya gerakan-gerakan terselubung di antara fraksi yang ada di DPR untuk menjungkalkan Setnov. Jika benar demikian, ia pun hanya bisa pasrah lantaran Partai Golkar tidak dapat mengintervensi fraksi-fraksi yang ada di parlemen.

“Saya khawatir, gerakan di DPR itu punya otoritas sendiri. Fraksi di luar Partai Golkar, di luar kewenangan kami. Tidak bisa memerintahkan fraksi yang lain. Sebelum itu terjadi, sambil meminta jangan buru-buru, sabar dulu,” tutupnya.

 

Teuku Wildan

Artikel ini ditulis oleh: