Ketua Bawaslu RI MUhammad memberikan pidato saat Launching Indeks Kerawanan Pemilu (IKP) tahun 2017 di Hotel Arya Duta Jakarta Pusat, Senin (29/08/2016).Peluncuran peta kerawanan kecurangan ini dilakukan untuk memudahkan petugas dalam mendeteksi dini berbagai potensi pelanggaran dan kerawanan dalam dalam pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2017

Jakarta, Aktual.com – Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI, Abhan menyatakan, pihaknya akan menggandeng berbagai kampus dan lembaga lainnya dalam tes tertulis serentak rekruitmen calon anggota Bawaslu Provinsi di 25 provinsi di seluruh Indonesia.

Kerja sama ini dilakukan karena para peserta tes ini akan menjalani tes tertulis dengan alat bantu komputer atau computer assisted test (CAT). Sementara, hampir semua Bawaslu tingkat provinsi belum memiliki sarana yang memadai untuk menunjang tes tersebut.

“Tes ini akan dilakukan di masing-masing provinsi dan bekerja sama dengan lembaga yang mempunyai fasilitas CAT. Di Jateng ada Unnes, Jatim ada Unair, Sumatera Selatan Unsri,” ungkap Abhan di Gedung Bawaslu RI, Jakarta Pusat, Selasa (8/8).

Selain kampus-kampus di atas, ia juga menyatakan terdapat beberapa Bawaslu Provinsi yang bekerja sama dengan Pemerintahan Daerah (Pemda) atau instansi pemerintah lainnya yang memiliki perangkat dan infrastruktur pelaksanaan CAT.

Ia menuturkan, penggunaan CAT bertujuan untuk mendapatkan hasil ujian yang transparan, obyektif dan akuntabel. Selain itu, katanya, peserta seleksi dapat langsung mengetahui hasil  karena proses pemeriksaan dan penilaian berlangsung dengan cepat.

Hal senada pun diutarakan oleh Sekretaris Jenderal Bawaslu RI, Gunawan Suswantoro. Di tempat yang sama, Gunawan mengatakan sistem komputer ini dapat menekan tindak korupsi, kolusi dan nepotisme dalam proses tes tertulis.

Gunawan menegaskan praktik-praktik tersebut dapat terhindarkan dengan diutamakannya unsur kerahasiaan dalam rekruitmen ini. Ia mengklaim bahwa CAT merupakan sistem yang dapat menunjang adanya unsur kerahasiaan dalam tes tertulis tersebut.

“Seluruh soal kita inkripsi. Tidak ada yang bisa tahu tentang soal, termasuk panitia, sebelum peserta duduk di depan komputer,” jelasnya.

“Soal untuk masing-masing peserta tidak sama dan tidak akan ada yang mampu menghafal karena nanti komputer yang akan mengacak. Semuanya ada 150 soal,” ujar Gunawan menyudahi.

(Reporter: Teuku Wildan)

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Teuku Wildan
Editor: Eka