Kunjungan mantan Presiden AS Barrack Obama ke Indonesia kali ini mengundang aneka spekulasi. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Kunjungan mantan Presiden Amerika Serikat Barrack Obama ke Indonesia mengundang aneka spekulasi. Salah satu spekulasi adalah kepentingan bisnis Tambang emas terbesar PT Freeport Indonesia (PTFI) di Papua. (Baca: Uranium, Pertaruhan Freeport McMoran di Papua).

Menanggapi hal tersebut, VP Corporate Communications PT Freeport Indonesia Riza Pratama mengungkapkan bahwa perusahaan hingga saat ini diawasi penuh oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) terkait kandungan hasil penambangan termasuk uranium. Dari hasil penelitian BAPETEN tersebut menjamin bahwa PTFI tidak melakukan penambangan uranium. Bahkan berdasarkan Undang-Undang, hanya BATAN yang mempunyai hak eksklusif untuk mengeksplorasi dan menambang bahan galian uranium.

“Tambang yang dikelola PTFI tidak terdapat konsentrasi kadar uranium yang memadai untuk dieksploitasi dikarenakan lingkungan geologi khususnya sumber magmanya tidak memadai,” ujar Riza dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (3/7).

Terkait dengan akses data hasil penambangan, termasuk hasil penjualan dan informasi kadar kandungan mineral yang ditambang, PTFI secara rutin melaporkan kepada instansi Pemerintah terkait seperti Kementerian ESDM, Keuangan, BKPM, Perdagangan dan BUMN.

“Proses penjualan dan pengapalan konsentrat, PTFI sudah mengikuti aturan yang ada. Setiap proses pengapalan dan penjualan konsentrat diawasi langsung oleh institusi yang berwenang seperti Bea Cukai dan Sucofindo sebagai surveyor independen,” tambahnya.

Berdasarkan data tujuan pengapalan konsentrat, lanjutnya, pasar domestik (PT Smelting di Gresik) merupakan pembeli konsentrat PTFI terbesar yaitu sebesar 40 persen, sedangkan sisanya diekspor ke beberapa negara.

Pihaknya juga menyangkal tenaga kerja Indonesia tidak dilibatkan dalam ruang Geologi dan penelitian hasil Tambang. Menurutnya, hampir 99 persen tenaga kerja Indonesia mengelola dan mengoperasikan kegiatan penambangan PTFI. Sekitar 30 persen didalamnya adalah tenaga kerja lokal Papua. Namun Riza pun tak menampik apabila PTFI berkontribusi besar tergadap Freeport McMoran.

“Data kandungan mineral yang ditambang PTFI berkontribusi signifikan terhadap induk perusahaan PTFI, Freeport McMoRan (FCX). Namun dalam lima tahun terakhir, keuntungan bersih dari operasi PTFI tidak dibagikan sebagai dividen kepada para pemegang sahamnya, termasuk FCX, melainkan diinvestasikan kembali pada proyek penambangan PTFI sehingga dapat berkelanjutan melewati tahun 2021,” pungkasnya.

Untuk diketahui, Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun tim riset Aktual, berdasarkan riset dan penelitian yang dilakukan perusahaan bernama Gladian mengenai Gunung Es Jaya Wijaya ternyata ‘Gunung Es Murni Mengandung Emas Murni yang tidak ternilai’.

Jadi rupanya, disamping hasil tambang yang sesuai dengan kontrak, mereka menggali URANIUM. AS tertarik akan Uraniumnya. AS tahu persis  bahwa dengan adanya Uranium di area Freeport, hal itu bisa digunakan untuk membuat Nuklir. Celakanya, PTFI tidak punya akses untuk mengetahui data hasil penambangan yang sesungguhnya, dan berapa dana yang yang didapat dari hasil penjualannya. Freeport McMoran lah yang mengetahui persis data hasil penambangan yang sesungguhnya. Berapa kadar tembaga dan berapa perak serta berapa uranium dan lain sebagainya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka